23 Oktober 2025 - 22:56
Inovasi Ilmiah dan Pemikiran Politik adalah Dua Ciri Utama Allamah Naini

Pernyataan Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran, Ayatollah al-Uzhma Sayyid Ali Khamenei, dalam pertemuannya dengan para penyelenggara Konferensi Internasional Allamah Mirza Naini (r.a.) di Qom, dipublikasikan pada Kamis pagi.

Kantor Berita Internasional Ahlulbait -ABNA- Pernyataan Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran, Ayatollah al-Uzhma Sayyid Ali Khamenei, dalam pertemuannya dengan para penyelenggara Konferensi Internasional Allamah Mirza Naini (r.a.) di Qom, dipublikasikan pada Kamis pagi.

Dalam pertemuan tersebut, Ayatollah Khamenei menyebut Allamah Naini sebagai salah satu tiang utama keilmuan dan spiritual di hauzah klasik Najaf. Beliau menegaskan bahwa keunggulan utama Naini dari sisi keilmuan terletak pada kemampuannya membangun struktur sistematis dalam ilmu ushul dengan dasar pemikiran yang logis serta inovasi-inovasi ilmiah yang kuat dan beragam.

Pemimpin Revolusi Islam Iran juga menyoroti peran penting Naini dalam melahirkan banyak murid besar, serta menambahkan bahwa ciri menonjol lainnya adalah pemikirannya yang progresif dalam bidang politik, sebagaimana tercermin dalam karya pentingnya Tanbih al-Ummah wa Tanzih al-Millah.

Menurut Ayatollah Khamenei, salah satu pilar utama pemikiran politik Allamah Naini adalah keyakinannya terhadap pembentukan pemerintahan Islam berdasarkan prinsip wilayah untuk melawan tirani. Dalam pandangan Naini, pemerintahan dan seluruh pejabatnya harus tunduk pada pengawasan publik dan bertanggung jawab kepada rakyat, yang diwujudkan melalui pembentukan majelis wakil rakyat untuk legislasi dan pengawasan, dengan syarat bahwa hukum yang dihasilkan harus disahkan oleh para fuqaha dan ulama besar.

Ayatollah Khamenei menegaskan bahwa kerangka politik yang dirumuskan Allamah Naini, yaitu pemerintahan Islam yang berlandaskan rakyat, pada hakikatnya adalah konsep Republik Islam dalam terminologi modern.

Beliau juga menjelaskan bahwa dukungan Naini dan para ulama Najaf terhadap gerakan konstitusional (mashruteh) kala itu sejatinya adalah upaya untuk menegakkan keadilan dan menghapus tirani, dan berbeda sama sekali dengan bentuk konstitusi yang diciptakan Inggris di Iran — yang akhirnya menimbulkan perpecahan dan tragedi seperti eksekusi Syekh Fadhlullah Nuri.

Dalam pertemuan itu, Ayatollah Alireza A’rafi, Direktur Jaringan Hauzah Ilmiah, juga memaparkan laporan kegiatan dan capaian Konferensi Internasional Peringatan Allamah Mirza Naini.

Your Comment

You are replying to: .
captcha